Rabu, 18 Maret 2009

Pertemuan Menuju Pelaminan

Keesokannya ketika aku naik bus rombongan menuju TMII, aku sangat kaget karena ternyata Cuma aku dan satu temanku cewek yang ikut. “Ya Allah…. kok temen-temen cewek yang lainnya nggak pada ikut. Nyesel deh aku ikut” pikirku.
Sampai di TMII, kami serombongan ikut membantu menjadi panitia dan membagi-bagikan snack kepada para tamu. Acara dimulai “wah…ada door prize-nya” pikirku. Akupun bergegas ingin masuk ke dalam dan mengikuti acara tersebut, tapi aku kehilangan temenku “kemana ya dia ? ya udah lah aku mau masuk sendirian aja”
Ketika aku mau masuk lewat pintu samping ternyata ada seorang cowok yang sedang menjaga buku tamu. Tadinya aku tidak menghiraukannya, tapi tiba-tiba ia memanggilku “mbak….udah dapat kupon undian door prize belum?”. “O..iya belum” jawabku. “Mau berapa mbak…1,2,3 ?”. “Ih….ni cowok kok jadi godain aku begini ya” akhirnya aku jawab “satu aja”. Eh….dia nyambung lagi “tapi kenalan dulu ya….siapa namanya?”. Wah aku sempet kesel sama cowok itu, tapi aku pikir nggak ada salahnya kenalan sama dia.
Setelah kami berkenalan, kami ngobrol kesana kemari sambil menunggui buku tamu. Aku lebih banyak menjadi pendengar dan dia asyik menceritakan asalnya, sekolahnya dan pekerjaannya. Tak terasa hampir satu jam kami berbincang-bincang berdua. Dan akupun lupa kalau aku sedang mencari temanku. Acara berlangsung, tanpa kusadari aku telah melewatkan acara tersebut, bahkan akupun lupa makan ketika teman-temanku sedang makan siang di acara tersebut.
“Ayo makan dulu” ajak salah satu temanku. “iya ntar dulu” jawabku. Kemudian aku mengajaknya makan, tapi ternyata dia sedang puasa. “wah,,,,puasa apa ya dia? Padahal ini kan hari minggu….” Pikirku.
Setelah itu akupun berpisah dengannya dan bergabung dengan teman-temanku untuk mengikuti acara sampai akhir. Tapi sebelum kami berpisah, dia minta nomor telponku dan berhubung aku belum punya HP,aku kasi aja nomor kosan. Sehari aku di TMII, dan ketika acara telah berakhir aku ketemu dia lagi. Dia menghampiriku dan dia ngajakin aku untuk pulang bareng, api aku menolaknya. “mbak, ntar malam aku boleh nelpon ya?” itu kata-kata yang diucapkannya sebelum dia pulang. “iya boleh” jawabku. Eh….dia masih ragu “bener ya????....” . aku jawab aja “iya” sambil sedikit kesel.
Akhirnya aku sampai dikosan juga. Capeeeek banget rasanya dan malam ini aku harus extra mempersiapkan diri untuk menghadapi UAS. Tiba-tiba ada suara telpon kosan berbunyi dan ternyata telpon itu untukku. “kira-kira siapa ya????”. Akupun beranjak mengangkatnya dan ternyata dia yang ketemu di TMII. Wah ternyata bener dia nelpon.
Sejak malam itu dia sering nelpon tiap malam. Awalnya aku merasa seneng karena punya teman baru dan di juga emang enak untuk dijadikan teman. Tapi lama-lama akupun merasa kesal karena hampir tiap malam dia menelponku dan aku merasa tergaggu. Selain itu aku juga merasa takut karena dia kan cowok, jangan-jangan ada maksud lain di balik semuanya.
Ku lalui hari-hariku dengan penuh semangat. Aku begitu senang menjalani aktifitas kuliahku. Setelah liburan panjang aku memulai lagi kuliahku dan sekarang aku sudah semester dua.
Tiba-tiba aku ingat dia. Kok tumben ya dah lama dia nggak nelpon. Tapi aku merasa senang karena gak ada yang mengganggu lagi. Satu bulan lamanya aku tidak berkomunikasi dengannya. Aku fikir dia telah melupakanku. Tapi ternyata dugaanku salah. Suatu hari telpon berdering saat aku telah terlelap tidur. Dan setelah aku angkat ternyata dia yang nelpon. Karena aku ngantuk, akupun marah-marah sama dia dan diapun segera minta maaf kemudian menutup telponnya.
Tak ku sangka ternyata dia habis kehilangan HP, jadi nomor telpon aku hilang. Makanya sebulan dia nggak menelfonku karena tidak tahu nomornya. Dari situlah kami mulai berkomunikasi lagi lewat telephone kost. Akupun sudah mulai merasa enjoy dan tidak merasa terganggu lagi.
Kami terus berkomunikasi, tapi semenjak kami bertemu di TMII kami belum pernah bertemu lagi. Hingga pada suatu hari ia mengajakku bertemu dengan alasan mau member oleh-oleh, karena kebetulan ia habis tugas dari jogja. Aku bingung apakah aku mau menerima ajaknnya atau tidak, karena terus terang aku masih takut. Akhirnya aku menerima ajaknnya dan aku menemuinya dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan teman sekamarku.
Dag dig dug duer…..jantungku berdetak kencang ketika aku bertemu dengannya untuk yang kedua kalinya sejak pertemuan itu. Dengan rasa malu dan canggung kami makan berdua dengan sedikit percakapan.
Dari situlah kami terus berkomunikasi sampai akhirnya ia mengungkapkan perasaannya kepadaku bahwa selama ini ia menyukaiku. Aku terkejut mendengarnya dan saat itu aku belum siap menerima semua itu. Aku jelaskan bahwa untuk saat ini aku belum bisa menerima dan aku menyarankan agar dia tidak terrlalu berharap banyak kepadaku.
Ya Allah…aku berdoa kepadaMu semoga apa yang aku putuskan ini adalah yang terbaik dan tidak menyakiti perasaannya.
Setelah peristiwa itu kami tidak berkomunikasi lagi selama hampir satu bulan. Saat itu ada perasaan aneh pada diriku. Aku seperti merindukannya dan bahkan aku merasa cemburu ketika aku mengetahui ia menelpon teman sekosanku. Hatiku bertanya-tanya "kenapa aku merasakan hal seperti ini, apakah sebenarnya aku menyukainya?"
Aku mencoba untuk melupakannya dan aku berpikir dia tidak akan menghubungiku lagi karena aku telah menolaknya secara halus. Tapi ternyata apa yang aku pikirkan itu salah. Setelah hampir satu bulan ia menghilang, kini ia mulai masuk lagi dalam kehidupanku. Kami mulai berkomunikasi lagi dan aku mulai merasakan kenyamanan karena dari awal aku tegaskan bahwa hubungan kami hanyalah sebatas teman.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar