Sabtu, 06 Februari 2010

Alhamdulillah Buah Hati Kami Telah Lahir DenganSelamat

Alhamdulillah, aku panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, tepat puul 08.45 pada tanggal 6 Juni 2009 buah hati kami telah lahir dengan selamat.
Subhanallah....aku telah resmi menjadi seorang ibu dan aku juga telah merasakan bagaimana rasa sakitnya melahirkan. Sangat sakit.....bahkan tidak ada yang menandingi rasa sakit ketika melahirkan dengan sakit apapun. Tapi rasa sakit itu hanyalah sesaat, dan rasa sakit itu seolah hilang dan berganti dengan rasa bahagia yang amat dalam ketika aku mendengar isak tangis sang bayi, buah hati kami.
Ya Allah......hari ini Engkau telah memberikan aku amanah yang sangat besar untuk menjadi seorang ibu.
Ya Allah....berilah karunia kepadaku agar aku bisa menjadi seorang ibu yang shalihah, yang bisa mendidik anak kami menjadi anak yang shalihah.
Ya Allah aku sangat bersyukur dengan karunia yang telah Engkau berikan kepada kami ini
Semoga rasa syukurku ini akan mengantarkan kami untuk lebih dekat kepada-Mu
Amin

Rabu, 08 April 2009

Ketika Aku Hamil

Alhamdulillah wasyukru lillah. Aku panjatkan puji syukur kepada Allah atas karunia yang diberikan kepada kami.
Satu bulan setelah kami menikah, Allah memberikan amanah kepadaku dengan mengaruniakan seorang janin di rahimku yang akan terlahir ke dunia ini. Aku dan suamiku sangat bahagia mengetahui hal itu. Meskipun ini terlalu cepat, tapi kami sangat bersyukur karena banyak orang yang menginginkan keturunan tapi Allah belum memberikan amanah itu kepadanya.
Kehamilan adalah karunia yang agung yang harus kita syukuri, meskipun demikian tidak ada kebahagiaan di dunia ini tanpa diselingi dengan ujian dan cobaan.
Selama sembilan bulan aku mengandung, beribu cobaan menghampiriku, cobaan itu tidak datang dari luar, melainkan dari kami berdua, aku dan suamiku.
Pada saat itu emosi kami berdua sedang labil. Suamiku sedang menghadapi masalah di kantor dan juga banyak tugas-tugas kuliah yang membebaninya. Sedangkan aku, perubahan yang terjadi pada diriku, ketika perutku mulai membesar dan rasa letih pada badanku, sangat mempengaruhi emosiku, sehingga aku menjadi labil.
Kesalahfahaman sering terjadi antara aku dan suamiku, bahkan itu hampir terjadi setiap bulan selama aku hamil. Tidak hanya itu, akupun pernah diuji dengan rasa cemburu yang amat besar pada suamiku.
Hal itu sangat mengganggu kondisi janinku saat itu. Akupun sering menangis sediri tanpa sebab. ketika itu ingin rasanya aku berbagi dengan suamiku tentang kondisi psichisku, tapi itu tak bisa kulakukan karena aku tahu sudah banyak beban yang harus dipikul oleh sumiku.
Pada saat itu aku hanya bisa berdoa memohon kepada-Nya agar diberi kesabaran untuk menjalani semua cobaan ang diberikan.
Keadaanku yang sangat labil itu ternyata berpengaruh pada keadaan janinku. Di akhir kehamilanku, pada usia 8 bulan kehamilanku,berat badan janinku belum memenuhi standar berat badan bayi normal. Aku sangat sedih, tapi aku mencoba untuk terus bersabar dan berdoa. Dan alhamdulillah pada usia 9 bulan ,berat badan janinku telah memnuhi target.
Begitulah cobaan yang harus aku alami selama hamil, tapi aku terus bersabar dan aku mencoba untuk menutupi kesedianku saat itu dengan kabahagiaan yang aku rasakan dengan akan terlahirnya buah hati kami ke dunia ini.
Aku yakin bahwa cobaan yang aku alami akan berakhir dengan kesabaran dan doa yang selalu aku panjatkan kepada-Nya. Amin

Rabu, 01 April 2009

Kado Terindah di Hari Ulang Tahunku

24 tahun yang lalu aku dilahirkan ke dunia ini. Hari ini usiaku telah genap 24 tahun dan itu berarti sisa umurku semakin sedikit untuk bisa beribadah kepadaNya.
Aku sangat bersyukur, karena hari ini adalah hari yang istimewa dalam hidupku.
Tanpa ku duga sebelumnya, tepat pukul 00.00 orang yang sangat aku sayangi dan aku hormati, yaitu suamiku membangunkan aku dari tidurku yang lelap. Dan subhanallah......aku sangat bahagia Tidak hanya itu, ia juga memberikan sesuatu yang sangat aku suka. Kata-katanya begitu lembut dan untaian doanya begitu tulus sehingga membuat aku tak kuasa lagi membendung air mata kebahagiaanku. Sungguh ini merupakan kado terindah di hari ulang tahunku.
Ya Allah.... aku bersyukur kepadaMu atas nikmat yang Engkau berikan kepadaku. Engkau berikan kepadaku seorang suami yang sangat menyayangi aku, mencintai aku dan dan kenal lelah untuk membimbingku.
Ya Allah.... hari ini sisa umurku semakin berkurang
Aku berdoa kepadaMu...semoga Engkau memberkahi sisa-sisa umurku
sehingga aku selalu berada di jalan yang Engkau ridhoi
Ya Allah.....aku juga berdoa untuk suamiku
lindungilah suamiku dari segenap mara bahaya
dan semoga Engkau berikan balasan yang lebih baik
atas apa yang telah ia berikan kepadaku selama ini.
Terima kasih suamiku....
atas semua yang kau berikan kepadaku selama ini
aku sangat bahagia dan sangat bersyukur
karena Allah telah memilihkan aku pendamping hidup sepertimu

Hari-hari Setelah Pernikahan

Satu minggu setelah hari pernikahan, aku harus meninggalkan keluargaku yang telah merawatku dari kecil untuk memulai hidup baru dengan suamiku.
Aku akan memulai sebuah kehidupan di tempat yang baru, lingkungan yang baru dan pendamping yang baru.
Meski kami harus meninggalkan keluarga, kami merasa bahagia karena kami telah bersatu untuk bersama-sama mengarungi bahtera kehidupan ini.
Banyak jalan untuk megarungi kehidupan ini. Dan bukan hal yang mustahil jika terdapat kerikil atau bahkan duri di sepanjang jalan yang akan kita lalui itu.
Aku sangat bahagia menjalani hari-hari pertamaku bersama suamiku. Tapi kebahagiaan itu juga harus kami lalui dengan melewati duri-duri kecil dengan penuh hati-hati.
Yach...banyak cobaan yang harus kami terima dan kami lalui dengan penuh kesabaran. Dan nampaknya Allah terus menguji kesabaran kami.
Perbedaan dan kesalahfahaman adalah hal yang biasa terjadi antara pasangan suami istri. Dan itulah cobaan yang harus kami hadapi di hari-hari tahun pertama setelah kami menikah.
Pernikahan adalah sebuah kehidupan yang baru, dimana aku harus menyadari bahwa aku tidak lagi hanya mengharapkan perhatian dan kasih sayang, tap aku juga harus memberikan kasih sayang dan perhatian itu kepada suamiku.
Saling memberi, saling melengkapi dan saling memahami. Itulah kunci utama dalam kehidupan rumah tangga.
Terkadang aku masih menampakkan sifat kekanak-kanakanku di depan suamiku, api aku bersyukur karena sumiku bisa memahami keadaanku dan terus mencoba untuk menasihatiku dan mengajariku untuk bersikap lebih dewasa.
Pada mulanya aku tidak bisa menerima perbedaan dan kesalahfahaman yang terjadi di antara kami berdua. Tapi lambat laun aku sadar bahwa itulah yang bisa mengantarkanku menjadi lebih dewasa dalam menghadapi semua permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga kami.
Aku yakin ketika aku bisa memberi,melengkapi dan memahami suamiku, maka akupun akan mendapatkan itu semua dari suamiku.
"No one is perfect" tidak ada satupun orang yang sempurna. Ketika aku memiliki kekurangan, aku yakin bahwa suamiku akan melengkap kekuranganku itu dan ketika suamiku memiliki kekurangan akupun akan berusaha untuk melengkapi kekurangan itu. Karena hakikat pernikahan adalah menyatukan dua insan yang berbeda untuk saling melengkapi satu sama lain.
Apa yang kita bayangkan terkadang tidak seindah apa yang kita alami. Tapi apa yang kita alami akan terasa lebih indah jika kita bisa menjalaninya dengan selalu bersabar, tawakkal dan bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita.
Suamiku adalah pangeranku, keluargaku adalah permataku dan rumahku adalah surgaku. Aku akan selalu menjaganya dari badai yang menerjangnya.

Jumat, 20 Maret 2009

Hari Pernikahan Telah Tiba

Alhamdulillah, aku panjatkan puji syukur kehadirat ilahi robbi. Hari yang aku tunggu telah tiba. Pada tanggal 29 juli 2009 aku telah diikatkan olehNya dengan tali ikatan yang suci, yaitu ikatan pernikahan dengan orang yang telah dipilihkan oleh Allah untuk menjadi pendamping hidupku.
Rasa bahagia menyelimuti perasaan kami dan seluruh keluarga. Sungguh nikmat yang sangat besar yang telah diberikan oleh Allah di dunia ini.
Upacara sakral telah berlangsung dengan disaksikan para malaikat dan tamu undangan, dan itu berarti dua insan telah bersatu untuk mengarungi bahtera kehidupan ini. Tangis bahagia tak dapat ku bendung lagi ketika aku dipertemukan dengan orang yang telah sah menjadi suamiku yang akan menemani hari-hariku untuk beribadah kepadaNya. Air mataku pun keluar ketika aku mencium tangannya sebagai rasa bakti dan patuhku kepada suamiku.
Ya Allah....aku memohon kepadaMu
Berkahilah pernikahan kami dan satukanlah kami dalam kebaikan.
Kokohkan tali ikatan kami, sehingga kami selalu dalam naunganMu
Ya Allah....
Bimbinglah kami dalam jalan yang Engkau ridhai
Sehingga kami mampu membentuk sebuah keluarga
yang senantiasa mendapatkan ketenangan batin
saling menyayangi
dan senantiasa mendapatkan rahmat dariMu
dan jika Engkau telah memberikan amanah kepada kami
Karuniakanlah kami keturunan yang shalih dan shalihah
Ya Allah.....
Tiada tujuan lain yang ingin kami capai
Setelah kami mengikuti sunnah RasulMu ini
Selain untuk beribadah kepadaMu
dan mendapatkan keridhaanMu
Ya Allah hanya Engkaulah dzat yang maha pengasih dan penyayang
Istajib du'aa-anaa ya Allah........

Rabu, 18 Maret 2009

Pertemuan Menuju Pelaminan

Keesokannya ketika aku naik bus rombongan menuju TMII, aku sangat kaget karena ternyata Cuma aku dan satu temanku cewek yang ikut. “Ya Allah…. kok temen-temen cewek yang lainnya nggak pada ikut. Nyesel deh aku ikut” pikirku.
Sampai di TMII, kami serombongan ikut membantu menjadi panitia dan membagi-bagikan snack kepada para tamu. Acara dimulai “wah…ada door prize-nya” pikirku. Akupun bergegas ingin masuk ke dalam dan mengikuti acara tersebut, tapi aku kehilangan temenku “kemana ya dia ? ya udah lah aku mau masuk sendirian aja”
Ketika aku mau masuk lewat pintu samping ternyata ada seorang cowok yang sedang menjaga buku tamu. Tadinya aku tidak menghiraukannya, tapi tiba-tiba ia memanggilku “mbak….udah dapat kupon undian door prize belum?”. “O..iya belum” jawabku. “Mau berapa mbak…1,2,3 ?”. “Ih….ni cowok kok jadi godain aku begini ya” akhirnya aku jawab “satu aja”. Eh….dia nyambung lagi “tapi kenalan dulu ya….siapa namanya?”. Wah aku sempet kesel sama cowok itu, tapi aku pikir nggak ada salahnya kenalan sama dia.
Setelah kami berkenalan, kami ngobrol kesana kemari sambil menunggui buku tamu. Aku lebih banyak menjadi pendengar dan dia asyik menceritakan asalnya, sekolahnya dan pekerjaannya. Tak terasa hampir satu jam kami berbincang-bincang berdua. Dan akupun lupa kalau aku sedang mencari temanku. Acara berlangsung, tanpa kusadari aku telah melewatkan acara tersebut, bahkan akupun lupa makan ketika teman-temanku sedang makan siang di acara tersebut.
“Ayo makan dulu” ajak salah satu temanku. “iya ntar dulu” jawabku. Kemudian aku mengajaknya makan, tapi ternyata dia sedang puasa. “wah,,,,puasa apa ya dia? Padahal ini kan hari minggu….” Pikirku.
Setelah itu akupun berpisah dengannya dan bergabung dengan teman-temanku untuk mengikuti acara sampai akhir. Tapi sebelum kami berpisah, dia minta nomor telponku dan berhubung aku belum punya HP,aku kasi aja nomor kosan. Sehari aku di TMII, dan ketika acara telah berakhir aku ketemu dia lagi. Dia menghampiriku dan dia ngajakin aku untuk pulang bareng, api aku menolaknya. “mbak, ntar malam aku boleh nelpon ya?” itu kata-kata yang diucapkannya sebelum dia pulang. “iya boleh” jawabku. Eh….dia masih ragu “bener ya????....” . aku jawab aja “iya” sambil sedikit kesel.
Akhirnya aku sampai dikosan juga. Capeeeek banget rasanya dan malam ini aku harus extra mempersiapkan diri untuk menghadapi UAS. Tiba-tiba ada suara telpon kosan berbunyi dan ternyata telpon itu untukku. “kira-kira siapa ya????”. Akupun beranjak mengangkatnya dan ternyata dia yang ketemu di TMII. Wah ternyata bener dia nelpon.
Sejak malam itu dia sering nelpon tiap malam. Awalnya aku merasa seneng karena punya teman baru dan di juga emang enak untuk dijadikan teman. Tapi lama-lama akupun merasa kesal karena hampir tiap malam dia menelponku dan aku merasa tergaggu. Selain itu aku juga merasa takut karena dia kan cowok, jangan-jangan ada maksud lain di balik semuanya.
Ku lalui hari-hariku dengan penuh semangat. Aku begitu senang menjalani aktifitas kuliahku. Setelah liburan panjang aku memulai lagi kuliahku dan sekarang aku sudah semester dua.
Tiba-tiba aku ingat dia. Kok tumben ya dah lama dia nggak nelpon. Tapi aku merasa senang karena gak ada yang mengganggu lagi. Satu bulan lamanya aku tidak berkomunikasi dengannya. Aku fikir dia telah melupakanku. Tapi ternyata dugaanku salah. Suatu hari telpon berdering saat aku telah terlelap tidur. Dan setelah aku angkat ternyata dia yang nelpon. Karena aku ngantuk, akupun marah-marah sama dia dan diapun segera minta maaf kemudian menutup telponnya.
Tak ku sangka ternyata dia habis kehilangan HP, jadi nomor telpon aku hilang. Makanya sebulan dia nggak menelfonku karena tidak tahu nomornya. Dari situlah kami mulai berkomunikasi lagi lewat telephone kost. Akupun sudah mulai merasa enjoy dan tidak merasa terganggu lagi.
Kami terus berkomunikasi, tapi semenjak kami bertemu di TMII kami belum pernah bertemu lagi. Hingga pada suatu hari ia mengajakku bertemu dengan alasan mau member oleh-oleh, karena kebetulan ia habis tugas dari jogja. Aku bingung apakah aku mau menerima ajaknnya atau tidak, karena terus terang aku masih takut. Akhirnya aku menerima ajaknnya dan aku menemuinya dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan teman sekamarku.
Dag dig dug duer…..jantungku berdetak kencang ketika aku bertemu dengannya untuk yang kedua kalinya sejak pertemuan itu. Dengan rasa malu dan canggung kami makan berdua dengan sedikit percakapan.
Dari situlah kami terus berkomunikasi sampai akhirnya ia mengungkapkan perasaannya kepadaku bahwa selama ini ia menyukaiku. Aku terkejut mendengarnya dan saat itu aku belum siap menerima semua itu. Aku jelaskan bahwa untuk saat ini aku belum bisa menerima dan aku menyarankan agar dia tidak terrlalu berharap banyak kepadaku.
Ya Allah…aku berdoa kepadaMu semoga apa yang aku putuskan ini adalah yang terbaik dan tidak menyakiti perasaannya.
Setelah peristiwa itu kami tidak berkomunikasi lagi selama hampir satu bulan. Saat itu ada perasaan aneh pada diriku. Aku seperti merindukannya dan bahkan aku merasa cemburu ketika aku mengetahui ia menelpon teman sekosanku. Hatiku bertanya-tanya "kenapa aku merasakan hal seperti ini, apakah sebenarnya aku menyukainya?"
Aku mencoba untuk melupakannya dan aku berpikir dia tidak akan menghubungiku lagi karena aku telah menolaknya secara halus. Tapi ternyata apa yang aku pikirkan itu salah. Setelah hampir satu bulan ia menghilang, kini ia mulai masuk lagi dalam kehidupanku. Kami mulai berkomunikasi lagi dan aku mulai merasakan kenyamanan karena dari awal aku tegaskan bahwa hubungan kami hanyalah sebatas teman.
(bersambung)